Kata keterampilan dapat disamakan dengan kata kecekatan. Orang yang dapat dikatakan sebagai orang terampil adalah orang yang dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya secara cepat dan benar. Muzni Ramanto, Soemarjadi, dan Wikdati Zahri (1991:2)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah “melatih”. DeQueliy dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Alvin W.Howard (Slameto, 2010:32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah modal penting bagi para guru dalam proses pembelajaran di kelas. Kecakapan guru memilih metode sebagai upaya pemahaman materi bagi para siswa sangat berpengaruh besar dalam penerimaan materi yang disampaikan.
Proses belajar dan mengajar sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama Islam sebagaimana sabda Rasulullah,
“sedekah yang paling utama adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR. Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.
Dalam hadist lain dijelaskan tentang anjuran untuk terus meningkatkan keterampilan diri
“Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan malas (patah semangat).” (HR. Muslim no. 2664).
Imam Nawawi mengatakan tentang hadits di atas, “Bersemangatlah dalam melakukan ketaatan pada Allah, selalu berharaplah pada Allah dan carilah dengan meminta tolong pada-Nya. Jangan patah semangat, yaitu jangan malas dalam melakukan ketaatan dan jangan lemah dari mencari pertolongan. ” (Syarh Shahih Muslim, 16: 194).
Peningkatan keterampilan mengajar bagi seorang guru sesuai dengan penjelasan Imam Nawawi tentang hadist di atas, dimana beliau berpendapat bahwa hadist tersebut mengandung anjuran kepada kita ummat Islam untuk senantiasa bersemngat dalam rangka ketaatan kepada Allah. Dalam prosesnya peningkatan keterampilan diri adalah bentuk lain dari ketaatan diri kita kepada Allah. Karena kebutuhan keterampilan pendidikan adalah upaya seorang pendidik untuk terus menyebarkan nilai-nilai luhur pendidikan.
Kesadaran akan pentingnya peningkatan keterampilan pengajaran bagi para guru inilah yang agaknya mendasari LPI Abata mengadakan dua pelatihan sekaligus, “Penggunaan Materi Ajar Yang Bermakna di Kelas Matematika” yang terlaksana di tanggal 7 Januari dan “Learning Style oleh Tim BLP” di tanggal 8-9 Januari. Kedua pelatihan dengan tema berbeda tersebut bertujuan untuk terus meningkatkan potensi diri para guru SDIT Abata. Sehingga diharapkan pembelajaran di kelas akan semakin variatif dan tidak membosankan.