Program Pengembangan SDM LPI Abata

Zainul Arief, SE MM, 1 Oktober 2016

 

Secara etimologi, kata sholeh berasal dari sholuha-yashluhu – sholahan yang artinya baik , tidak rusak dan patut. Sedangkan Sholeh merupakan isim fa’il yang artinya perbaikan, lawan katanya Fasad yang artinya kerusakan.

Di dalam kitab ”al’ain”, oleh Al khalil bin Ahmad Rahimahullah (2/406), dan laki – laki yang sholeh terhadap dirinya, dia memperbaiki amalannya dan urusan-urusannya.

Dan berkata al qadhi ‘iyadh di dalam (masyariqul anwar. 2/44): ” Laki-laki yang sholeh adalah yang menegakkan apa-apa yang menjadi kewajibannya dari hak-hak Robbnya dan beribadah kepada-Nya.

Di dalam Al-Qur’an orang yang shleh adalah orang yang senatiasa membaca Al-Qur’an di waktu malam, melaksanakan shalat malam (tahajjud),beriman dan beramal shalih, menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan.

•      ???????? ??????? ???? ?????? ?????????? ??????? ????????? ????????? ?????? ??????? ?????? ????????? ?????? ???????????

•      ??????????? ????????? ??????????? ??????? ????????????? ?????????????? ???????????? ???? ??????????? ?????????????? ??? ???????????? ??????????? ???? ?????????????

 

 “Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,  mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud shalat malam. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar, dan bersegera kepada mengerjakan pelbagai kebajikan;  mereka itulah termasuk orang yang sholeh” (Ali Imran 113-114).

•      ??????????? ??????? ?????????? ????????????? ????????????????? ??? ?????????????

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang sholeh” (Al-Ankabut ayat 9).

Berdasarkan pengertian di atas, Sholeh adalah kepribadian dari seseorang yang paham dan mencintai kebaikan dan bersemangat melakukan perbaikan yang terus-menerus dalam kebenaran, kebaikan dan keridhoan Alloh SWT.

Makna ini menjadi landasan dan semangat Program Pengembangan SDM LPI Abata dalam membangun pribadi-pribadi yang Sholeh pada guru-guru dan pegawai kami lainnya di lingkungan pendidikan Islam Abata.

 

SDM LPI Abata mempunyai standar kompetensi umum yang salah satu unsur sikap-nya adalah kemauan untuk memperbaiki diri secara terus menerus. Pemenuhan kompetensi umum tersebut adalah upaya prioritas LPI merealisasikan 2 nilai inti Abacu yaitu Pursuit of Excellence dan Integrity.

 

Budaya Kerja Pursuit of Excellence meliputi perilaku :

Sedangkan Budaya Kerja Integrity meliputi perilaku :

Agar perilaku ini menjadi kebiasaan dalam bekerja bagi seluruh pegawai Yayasan Abacu, LPI Abata bekerja sama dengan Konsultan  Budaya Kerja Leantegra menyelenggarakan Lean Program, Program ini bertujuan:

 

Lean Program terdiri dari beberapa tahapan kegiatan:

gbr1

Dari 3 tahapan tersebut, Alhamdulillah selama tahun pelajaran 2015/2016 kita sudah melaksanakan kegiatan Lean Profiling dan dan Lean Thinking Workshop selama 3 hari berturut-turut sebanyak 4 angkatan kepada hampir seluruh Guru dan Pegawai Yayasan Abacu. Tahapan kegiatan ini adalah tahapan yang penting karena dalam kegiatan tersebut pegawai diberikan kemampuan mengenali dirinya dengan lebih baik, mengenali orang lain termasuk mengenali peserta didik dan mengenal lingkungan dimana ia bekerja sehari-hari.

 

Kemampuan ini diikuti dengan diberikannya pembekalan cara berfikir “Lean” atau ramping, sehingga dengan cara berfikir Lean peserta diharapkan siap merealisasikan nilai-nilai inti Abata kedalam kemampuannya mengelola Ruang, Waktu, Informasi dan Energi.

gbr3

 

 

 

Dari buku Improving Knowledge Work: Lessons Learned, Robert Damelio, Lean Enterprise Division News Dec. 2007, American Society for Quality – ASQ, cara berfikir “Lean” itu ada 7 pola sebagai berikut:

  1. Mulailah Peningkatan aliran dari Akhirnya
  2. Ukurlah apa yang penting bagi Pelanggan Akhir kita (Value)
  3. Pastikan aliran dari ujung ke ujung bisa dilihat
  4. Identifikasikan dan Hilangkanlah yang Menghambat Aliran
  5. Identifikasikan Fragmen-fragmen Nilai dan koneksikan satu dengan yang lain dalam sebuah arah yang Jelas
  6. Organisasikan dengan tetap mempertahankan perspektif keseluruhan dari ujung ke ujung aliran
  7. Kelola aliran secara visual

Point 2 merupakan penterjemahan dari point 1, sedangkan point ke 4 dilakukan setelah mendapatkan point ke 3, dan point ke 5, 6, 7 merupakan penjabaran dari point ke 4.

Berikut penjelasan dari setiap pola pikir “Lean”,

  1. Mulailah Peningkatan aliran dari Akhirnya. 

Siapa pelanggan akhir kita, bagaimana tata nilai (value structure) yang dibutuhkan oleh pelanggan akhir kita. Dalam perspektif pelanggan, semua pekerjaan yang tidak memberikan nilai tambah bagi pelanggan, tidak ada gunanya dilakukan.

  1. Ukurlah apa yang penting bagi Pelanggan Akhir kita (Value). 

Prinsip ini mendorong anda untuk tidak hanya menggunakan ukuran internal untuk mengukur produktivitas, tetapi mengkorelasikan secara langsung dengan ukuran eksternal. Sehingga mendorong pula anda untuk mengukur langsung kebutuhan pelanggan (dan biasanya memakan waktu atau biaya yang tidak sedikit). Tetapi hal ini penting karena setiap tahapan kerja harus dapat menjawab “Apa kontribusi bagian saya terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan saya?”

  1. Pastikan aliran dari ujung ke ujung bisa dilihat.

Bisa dilihat bukan berarti anda memasang kamera atau membangun sebuah menara tinggi atau jembatan tinggi di lantai operasi (walaupun pada kadar tertentu ini bisa membantu), tetapi menggunakan sebuah metode dan alat untuk merepresentasikan keadaan operasi secara keseluruhan (misalnya menggunakan VSM, papan indikator, display animasi komputer dsb). Ini untuk memberikan kesan dan pemahaman yang lebih dalam kepada setiap bagian: betapa “pulau-pulau” aktivitas kerja sebenarnya menjadi satu kesatuan yang saling berketergantungan. “Peta” ini penting dimiliki dalam bentuk yang sama bagi semua orang.

  1. Identifikasikan dan Hilangkanlah yang Menghambat Aliran.

Tentunya dengan telah memiliki peta yang lengkap dan secara berkala diupdate (tidak harus real time, karena real time membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mungkin setiap jam atau beberapa jam), kita dapat mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang ada didalam proses operasi dalam perspektik menyeluruh.

  1. Identifikasikan Fragmen-fragmen Nilai dan koneksikan satu dengan yang lain dalam sebuah arah yang jelas.

Dengan mendapatkan secara jelas peta nilai, maka kita bisa melihat pulau-pulau nilai (value creation island) berupa kelompok-kelompok operasi yang menciptakan nilai. Tentunya kelompok-kelompok ini harus dikoneksikan dan diarahkan menuju pencapaian nilai yang didefinisikan oleh pelanggan. Yang penting disadari bahwa proses identifikasi dan pengembangan ini akan berjalan lama, dan bisa saja berubah ketika terjadi perubahan nilai yang dipentingkan oleh pelanggan akhir.

  1. Organisasikan dengan tetap mempertahankan perspektif keseluruhan dari ujung ke ujung aliran.

Konsep ini menegaskan kembali bahwa pengorganisasian kerja, sumber daya dan tanggung jawab harus mengacu kepada konsep integrasi horisontal dan sinkronisasi. Perlu diperjelas siapa yang bertanggung jawab didalam organisasi yang akan mengatur keseluruhan aliran dari ujung ke ujung. Pada saat yang sama pula perlu dibuat sebuah pendekatan terpadu untuk memudahkan sinkronisasi antar stasiun kerja baik dari sisi desain tata letak, workload balancing, urutan kerja, penjadwalan dan prioritasinya, konsep pelatihan dsb.

  1. Kelola aliran secara visual. 

Secara ideal, kita ingin setiap stasiun kerja mampu mendapatkan informasi dan mengambil keputusan yang menjaga aliran keseluruhan. Informasi ini perlu mengemuka secara visual, baik dengan menggunakan teknologi informasi atau secara sederhana. Seperti kerja operasi sebuah kapal induk yang mengatur pesawat pada dek peluncuran telah diciptakan sebuah software penjadwalan sehingga pengaturan dilakukan didepan komputer. Tetapi akhirnya para operator dek menggunakan sebuah meja papan besar dengan replika-replika pesawat dalam bentuk kecil yang bisa ditumpangi dengan berbagai macam baut (setiap jenis baut menunjukkan muatannya apakah rudal, bensin cadangan dll).

Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan kekuatan kepada kita dalam menjalankan amanah-amanah, Wallohu a’lam bishowab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *