Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses atau aktivitas, di mana siswa dikatakan belajar terdapat aktivitas pada dirinya, baik secara fisik, intelektual (pikiran atau mental), maupun sosial – emosional, bahwa hasil belajar yang diharapkan berupa perubahan-perubahan perilaku siswa (behavioral change),baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Proses tersebut terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan sehinga membentuk pengalaman belajar.
Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dapat berupa pengalaman intelektual, emosional, sosial, fisik – motorik. Pengalaman belajar dapat diperoleh di dalam maupun di luar kelas. Untuk mencapai tujuan pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar yang lebih mendalam terhadap siswa dari kelas I sampai kelas VI, SD EXISS ABATA menggunakan banyak metode dalam pembelajarannya. Salah satu metode yang digunakan adalah metode karyawisata (field trip)
Metode karyawisata (field trip) merupakan salah satu metode pembelajaran yang identik dengan pembelajaran outdoor, artinya pembelajaran ini lebih menitik beratkan pada aktivitas belajar siswa yang dibawa ke luar kelas. Karyawisata (field trip) lebih menitikberatkan pada pengalaman yang relatif jauh dari kelas atau sekolah, untuk mengunjungi tempat – tempat yang berkaitan dengan topik bahasan. Dampak pengalaman belajar ourdoor bagi siswa yaitu bersosialisasi, bekerjasama, berinteraksi, mengamati dan menilai objek, memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman nyata, praktis, dan konkret, belajar dengan rasa senang, dan dekat dengan lingkungan.
Untuk memberikan pengalaman yang lebih pada siswa kelas VI juga dilakukan metode belajar karyawisata (field trip). Dengan menggabungkan beberapa standart kompetensi kelas VI SD EXISS ABATA melakukan metode pembelajaran karyawisata (field trip) ke Godong Ijo. Di sana siswa akan belajar langsung dengan orang yang lebih ahli di bidangnya. Dengan belajar langsung dari orang yang lebih ahli, diharapkan siswa akan memperoleh ilmu dan pengalaman belajar yang lebih banyak lagi.
Di Godong Ijo siswa belajar secara langsung bagaimana cara perkembangbiakan buatan pada tumbuhan secara mencangkok, mengamati secara langsung ciri khusus beberapa hewan langka dan tumbuhan. Di sana siswa juga belajar membatik dengan menggunakan canting, mengetahui dan melihat secara langsung berbagai sistem penanaman dengan cara vertikal(vertikultur), mengetahui bagaimana sistem beberapa energi alternatif, mengenal dan merasakan salah satu kendaraan traditional, dan juga belajar bekerjasama dan konsentrasi melalui fun gamesnya.
Di Godong Ijo siswa mendemonstrasikan bagaimana cara perkembangbiakan dengan cara mencangkok. Sebelum siswa mempraktekkan secara langsung cara mencangkok, siswa di bawa berkeliling kebun untuk diperkenalkan berbagai jenis tanaman yang dapat dicangkok, nama-nama tanaman dan juga diperkenalkan jenis-jenis tanaman yang sangat berguna dan bermanfaat untuk kehidupan. Setelah berkeliling kebun barulah siswa diberikan pengarahan tentang langkah-langkah mencangkok. Di sana siswa belajar mencangkok pohon srikaya. Siswa – siswa kelas VI terlihat begitu antusias mencoba secara langsung cara mencangkok. Setelah mencangkok mereka boleh membawa pulang hasil cangkokannya ke rumah untuk di amati perkembangannya.
Siswa-siswi kelas VI tampak begitu senang dan penasaran untuk melihat, mengamati, memegang, menggendong bahkan memberi makan berbagai jenis hewan langkah yang ada di sana. Mulai dari kura-kura dari beberapa negara, kadal gurun, katak bule, ikan ganas Arapamia yang berasal dari Amazon, burung unta, iguana, kelelawar, dan kelinci. Siswa tampak begitu antusias untuk memegang dan menggendong beberapa hewan tersebut. Walaupun takut mereka berusaha untuk memegang hewan tersebut agar tidak penasaran. Tapi ada juga beberapa siswa yang sampai lari dan pucat karena takut dan merasa geli jika harus menggendong dan memegang beberapa hewan tersebut.
Di pos membantik, siwa merasakan langsung sulitnya membuat batik dengan menggunakan canting. Mereka belajar mulai dari melapisi motif dengan malam batik sampai memberi warna. Mereka merasakan langsung panasnya di depan kompor, panasnya tangan mereka terkena malam batik dan sulitnya melapisi motif dengan menggunakan canting. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih menghargai budaya bangsa yaitu kain batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia.
Pada pos energi alternatif siswa dikenalkan sistem energi alternatif tata surya, kincir angin dan juga energi alternatif dari limbah rumah tangga. Di pos vertikultur, siswa diajarkan cara menanam dengan sistem vertikultur atau vertikal. Siswa jadi mengetahui bagaimana tetap bisa menanam tanaman walaupun tidak memiliki lahan tanah. Mereka dapat mempraktekannya di rumah masing-masing menggunakan bahan-bahan bekas yang ada di rumah. Di sana siswa menaiki alat kendaraan traditional dokar dan berkuda. Siswa terlihat seang sekali menaiki dokar atau kuda tersebut karena jarang mereka temui dalam kehidupan sehari – hari.
Dengan belajar menggunakan metode karyawisata (field trip) ini diharapkan semakin membuat siswa termotivasi, senang, mendapatkan ilmu dan pengalaman belajar yang lebih banyak. Belajar dengan menyenangkan dapat semakin menambah kecerdasan siswa.